Syaikh Yasin Al-Fadani memang
menyandang gelar “Musnid ad-Dunya”, namun jangan disalahartikan bahwa ia
sekadar orang yang menjaga sekumpulan riwayat dan nama-nama tokoh periwayatan
dalam tradisi lisan dan literal bagi sekian hadits yang sampai jalurnya kepada
Rasulullah SAW. Gelar tersebut tak didapat Syaikh Yasin Al-Fadani hanya karena
banyaknya guru, yang mencapai lebih dari 700 orang guru, tapi juga karena
intensitas yang sangat tinggi dalam bidang yang ia geluti.
Mengeksplorasi karya-karya Syaikh
Yasin Al-Fadani bukanlah perihal gampang. Selain faktor minimnya karya-karya
sang maestro sanad ini yang ditemukan dalam bentuk utuh, tampaknya dari sekian
karyanya yang telah tercetak pun belum banyak yang beredar luas di
tengah-tengah masyarakat pecinta turats (khazanah klasik) Islam. Padahal
Syaikh Yasin adalah seorang alim besar kaliber dunia abad ke-14 H/20 M, yang
memiliki sumbangsih melimpah bagi keilmuan Islam, khususnya dalam upaya
pelestarian tradisi sanad ilmu. Ia menjadi muara sanad berbagai fan ilmu-ilmu
keislaman yang tiada taranya serta penyambung ilmu masa lalu dan pada masanya
bagi para thullabul ‘ilm (penuntut ilmu) era belakangan ini.
Ketenaran dan karyanya yang berlimpah
membuat ‘Allamah Sayyid Saggaf bin Muhammad As-Seggaf, seorang tokoh ulama
Hadhramaut, memuji Al-Fadani dengan sebutan Suyuthiyyu zamanih (Imam Suyuthi
pada masanya). Pujian atas karya-karyanya juga berdatangan dari ‘Allamah Sayyid
Alawi bin Abbas Al-Maliki Makkah, Syaikh Mahmud Said Mamduh Al-Mishri,
Al-Faqih Habib Ali bin Syaikh Bilfaqih Seiwun Hadhramaut, dan banyak ulama
pada masanya.
Pensyarah Andal
Syaikh Yasin Al-Fadani memang menyandang
gelar “Musnid ad-Dunya”, namun jangan disalahartikan bahwa ia sekadar orang yang
menjaga sekumpulan riwayat dan nama-nama tokoh periwayatan dalam tradisi
lisan dan literal bagi sekian hadits yang sampai jalurnya kepada Rasulullah
SAW. Gelar tersebut tak didapat Syaikh Yasin Al-Fadani hanya karena banyaknya
guru, yang mencapai lebih dari 700 orang guru, tapi juga karena intensitas yang
sangat tinggi dalam bidang yang ia geluti. Menengok syarahnya atas kitab Sunan
Abi Dawud yang memuat ahadits al-ahkam (hadits-hadits hukum) sebanyak 20 jilid,
Ad-Durr al-Mandhud fi Syarh Sunan Abi Dawud, tentunya itu menjadi petunjuk
tentang kepakarannya yang lain sebagai seorang muhaddits, mujtahid, faqih,
dan ushuli. Dan yang pasti, ia seorang penulis syarah yang andal.
Memang Imam Ar-Rafi’i berpendapat
bahwa seorang ulama bisa dikategorikan mujtahid cukup dengan mendalami Sunan
Abi Dawud, meski pendapat ini dibantah An-Nawawi, dengan dalih hadits-hadits
ahkam (hukum) tak hanya ada di Sunan Abi Dawud. Namun khilaf kedua tokoh ini
bukan poinnya, melainkan menunjukkan bahwa Sunan Abi Dawud memiliki kedudukan
cukup tinggi dalam bidang hadits al-ahkam. Artinya, jika bukan seorang faqih,
Al-Fadani tak mungkin mampu mensyarahnya. Sayangnya Syarh Sunan Abu Dawud, yang
masih dalam bentuk manuskrip, tak kunjung hadir di toko-toko buku, disebabkan
beberapa jilid karya yang tersusun raib saat pindah rumah.
Merujuk pada kesaksian Syaikh Mahmud
Said Mamduh, salah seorang muridnya, Al-Fadani kerap kali menerima permintaan
fatwa. Itu artinya, tokoh ini tak hanya pakar dalam isnad, tapi juga ilmu
syari’at lainnya.
Masih menurut Syaikh Mamduh,
Al-Fadani juga sosok ulama yang sangat tawadhu’ dan mendahulukan akhlaq atas
ilmu. Karyanya mengenai ushul fiqh, Syarh al-Luma’, sebanyak dua jilid yang
tebal, sengaja tak dicetaknya, lantaran salah seorang gurunya, Syaikh Yahya
Aman, sudah terlebih dahulu mengirim naskah dengan tema yang sama ke
percetakan. Syaikh Yasin berkaca pada peristiwa sebelumnya, saat mencetak
Hasyiyah at-Taysir karyanya, yang ternyata membuat karya serupa milik Syaikh
Yahya Aman kurang dikenal. Dan ia mengutamakan gurunya lebih dulu ketimbang
dirinya.
Karya-karya non-Sanad
Sanad adalah silsilah atau rantai
yang menyambungkan dan menghubungkan, sesuatu yang terkait dan bertumpu
kepada sesuatu yang lain. Dalam kacamata tasawuf, sanad keilmuan, amalan
dzikir, maupun tabiat ketarekatan adalah bersambungnya ikatan bathin kepada
guru-guru dan mursyid.
Jadi dalam sanad terkandung aspek
muwashalah (hubungan dan ketersambungan) satu pihak dengan pihak yang lain,
akibat adanya at-tahammul wa al-ada‘ (mengambil dan memberi).
Sistem sanad merupakan salah satu
mekanisme pencarian ilmu dan pengetahuan yang sempurna, karena setiap
pengetahuan yang dipindahkan itu dapat dipertanggungjawabkan otentisitas dan
keabsahannya melalui rantaian periwayatan setiap perawi. Ketelitian ini dapat
dilihat dari kaidah ulama hadits dengan hanya mengambil hadits dari perawi
yang tsiqah (kuat). Begitu juga dengan kaidah disiplin ilmu qira’at.
Disiplin ilmu sanad dianggap
sebagai suatu yang sangat penting dalam menjamin keshahihan dan keaslian ilmu
yang disampaikan sehingga dianggap sebagai bagian masalah kepentingan agama.
Dan inilah yang dilakoni oleh Syaikh Yasin Al-Fadani. Ia menggelutinya dengan
penuh perhatian. Melakukan rihlah (perjalanan), meneliti, menguji (tahqiq dan
takhrij), memeriksa para perawi, dan sebagainya, dilakukan demi mencapai aspek
mu’tabar bagi suatu hadits. Inilah amal penelitian ilmu yang berlangsung
sebagai tradisi dari masa salaf dan dilakoni Syaikh Yasin di masanya dengan
tidak mudah.
Sebagai seorang ulama yang digelari
Musnid Ad-Dunya, Syaikh Yasin memang patut berbangga dan bersyukur atas hasil
goresannya yang begitu intensif dilakukannya pada bidang sanad.
Karya-karyanya di bidang ini di
antaranya Madmah al-Wujdan fi Asanid asy-Syaikh Umar Hamdan, Faydh ar-Rahman
fi Tarjamah wa Asanid asy-Syaikh Khalifah bin Hamd an-Nabhan, Al-Qawl al-Jamil
bi Ijazah as-Sayyid Ibrahim Bin Aqil, Faydh al-Muhaimin fi Tarjamah wa Asanid
as-Sayyid Muhsin, Al-Maslak al-Jaliyy fi Tarjamah wa Asanid asy-Syaikh Muhammad
‘Aliyy, Asanid Ahmad bin Hajar al-Haitami al-Makki, Asma al-Ghayah fi Asanid
asy-Syaikh Ibrahim al-Hazami fi al-Qira`ah, Al-Muqtathaf min Ithaf al-Akabir bi
Marwiyyat ‘Abd al-Qadir ash-Shadiqi al-Makki, Ikhtishar Riyadh Ahl al-Jannah min
Atsar Ahl as-Sunnah li ‘Abd al-Baqi al-Ba’li al-Hanbali, Arba’un Haditsan min
Arba’in Kitaban ‘an Arba’in Syaikhan, Al-Arba’un al-Buldaniyyah Arba’un
Haditsan ‘an Arba’ina Syaikhan ‘an Arba’in Baladan, ‘Arbaun Haditsan Musalsal
bi an-Nuhad ila al-Jalal as-Suyuthi, Al-Salasil al-Mukhtarah bi Ijazah
al-Mu’arrikh as-Sayyid Muhammad bin Muhammad Ziyarah, Al-Faydh al-Rahmani bi
Ijazati Samahah al-‘Allamah al-Kabir Muhammad Taqi al-‘Ustmani, Ta’liqat ‘ala
Kifayah al-Mustafid li asy-Syaikh Mahfuzh at-Turmusi, Tahqiq al-Jami’ al-Hawi
fi Marwiyyat al-Syarqawi, Ithaf al-Ikhwan bi Ikhtishar Madmah al-Wujdan, Tanwir
al-Bashirah bi Thuruq al-Isnad asy-Syahirah, Al-Irsyadat fi Asanid Kutub
an-Nahwiyyah wa ash-Sharfiyyah, Al-‘Ujalah fi al-Ahadits al-Musalsalah, Asanid
al-Kutub al-Haditsiyyah as-Sab’ah, Al-‘Iqd al-Farid min Jawahir al-Asanid,
Ithaf al-Bararah bi Ahadits al-Kutub al-Haditsiyyah al-‘Asyrah, Ithaf
al-Mustafid bi Nur al-Asanid, Qurrah al-‘Ayn fi Asanid A’lam al-Haramayn, Ithaf
uli al-Himam al-‘Aliyyah bi al-Kalam ‘ala al-Hadits al-Musalsal bi
al-Awwaliyyah, Al-Waraqat fi Majmu’ah al-Musalsalat wa al-Awa’il wa Asanid
al-‘Aliyyah, Ad-Durr al-Farid min Durar al-Asanid, Bughyah al-Murid min ‘Ulum
al-Asanid, Fath ar-Rabb al-Majid fima li Asy-yakhiy min Fara’id al-Ijazah wa
al-Asanid, Silsilah al-Wushlah Majmu’ah Mukhtarah min al-Ahadits al-Musalsalah,
Nihayah al-Mathlab fi ‘Ulum al-Isnad wa al-Adab, Ad-Durr an-Nadhir wa ar-Rawdh
an-Nazhir fi Majmu’ al-Ijazah bi Tsabat al-Amir, Al-‘Ujalah al-Makkiyyah wa an-Nafhah
al-Makiyyah, Al-Waraqat ‘ala al-Jawahir ats-Tsamin fi al-Arba’in Haditsan min
Ahadits Sayyid al-Mursalin.
Karya-karya di bidang sanad ini sepertinya
telah bersenyawa dalam sosok Fadhilatusy Syaikh Yasin Al-Fadani. Dan hal inilah
yang menjadi apresiasi para ulama di masanya untuk menahbiskannya sebagai
sang empu di bidang sanad.
Sebagaimana dimaklumi, senarai
karyanya yang lain, di luar bidang sanad, dapat disebutkan di antaranya
Al-‘Allam Syarh Bulugh al-Maram, Janiyy ats-Tsamar syarh Manzhumah Manazil
al-Qamar, Jam’u al-Jawami’, Bulghah al-Musytaq fi ‘Ilm al-Isytiqaq, Idha-ah an-Nur
al-Lami‘ Syarh al-Kawkab as-Sathi‘, Hasyiyah ‘ala al-Asybah wa an-Nazhair,
Bughyah al-Musytaq Syarh al-Luma‘ Abi Ishaq, Tatmim ad-Dukhul Ta’liqat ‘ala
Madkhal al-Wushul ila ‘Ilm al-Ushul, Ad-Durr an-Nadhid Hasyiyah ‘ala Kitab
at-Tamhid lil-Asnawi, Nayl al-Ma’mul Hasyiyah ‘ala Lubb al-Ushul wa syarhih
Ghayah al-Wushul, Ad-Durr al-Mandhud fi Syarh Sunan Abi Dawud, Fath Manhal
al-Ifadah, Al-Fawaid al-Janiyyah Hasyiyah ‘ala al-Qawaid al-Fiqhiyyah, Mukhtashar
al-Muhadzdzab fi Istikhraj al-Awqat wa al-Qabilah bi ar-Rub’i al-Mujib,
Al-Mawahib al-Jazilah syarh Tsamrah al-Wasilah fi al- Falak, Tastnif as-Sam’i
Mukhtashar fi ‘Ilm al-Wadh’i, Husn ash-Shiyaghah Syarh Kitab Durus al-Balaghah,
Risalah fi al-Mantiq, Ithaf al-Khallan Tawdhih Tuhfah al-Ikhwan fi ‘Ilm
al-Bayan, dan Ar-Risalah al-Bayaniyyah ‘ala Thariqah as-Sual wa al-Jawab.
Karya ini menunjukkan nilai plus
yang terkandung pada sosok Syaikh Yasin, sebagai seorang ulama yang komplet.
Kitab karyanya yang berjudul al-Fawaid al-Janiyyah hasyiyah Al-Mawahib
As-Saniyyah syarah Al-Fara’idh Al-Bahiyah Nazhm Qawa’id al-Fiqhiyyah fi
al-Asybah wa an-Nazha-ir ‘ala al-Madzhab asy-Syafi’iyyah merupakan kitab
hasyiyah (kitab yang berisi penjelasan atau komentar terhadap kitab syarah)
mengenai qawa`id fiqh (kaidah-kaidah fiqih) yang berjudul Al-Asybah wa
An-Nazha-ir ‘ala al-Madzhab asy-Syafi’iyyah, karya Imam As-Suyuthi. Kitab
tersebut hingga kini menjadi materi silabus mata kuliah Ushul Fiqh di Fakultas
Syari’ah Al-Azhar Kairo, karena disusun secara sistematis, sarat dengan
penjelasan kaidah-kaidah fiqih, dan mudah dipahami.
Mengenai kitab ini, Syaikh Zakaria
Abdullah Bila berkata, “Waktu mengajar Qawa’idul Fiqh di Madrasah Shaulatiyyah
Makkah, saya sering kali mendapat kesulitan yang memaksa saya membolak-balik
kitab-kitab yang besar untuk memecahkan kesulitan tersebut. Namun setelah
terbit kitab Al-Fawa’id al-Janiyyah, karya Syaikh Yasin, menjadi mudahlah
semua itu, dan ringanlah beban dalam mengajar.”
Sayangnya, sebagaimana dikatakan di
muka, karya-karya Syaikh Yasin belum dikenal sepenuhnya, terutama di bumi
persada Nusantara ini. Alangkah indahnya jika karya-karyanya yang berjumlah
ratusan itu benar-benar hadir di tengah-tengah masyarakat Islam yang mencintai
ilmu-ilmu tradisi salaf, memenuhi rak-rak pustaka, dan menambah khazanah karya
ulama asal negeri yang bermarwah ini. Semoga.
0 komentar:
Posting Komentar