Katanya
: “Peringatan maulid akan mengurangi keagungan Nabi Muhammad SAW, karena
membatasi memuji beliau hanya di hari maulid saja.”
Faktanya
: kita tidak hanya memuji Nabi Muhammad SAW di hari kelahirannya saja, tapi di hari Maulid kita hanya menambah dalam
memuji beliau. Apakah terlarang??? Lalu bagaimana dengan puasa Senin yg
dilakukan Nabi Muhammad, apakah Nabi membatasi diri bersyukur atas kelahiran
beliau sendiri hanya pada hari senin??? Sementara di hari lain beliau tdk
bersyukur?? tentu tidak kan?? Nabi pasti selalu bersyukur, hanya ketika hari
senin beliau tambahkan rasa syukur itu. Begitu pula dengan puasa ‘Asyura yg
kita lakukan sebagai rasa syukur atas selamatnya Nabi Musa AS. Apakah membatasi
bersyukur di hari itu ataukah menambahi rasa syukur???.
Katanya
: “Bagaimana bisa memperingati Maulid Nabi pada tanggal 12 rabi’ul awwal,
padahal pada hari itu pula beliau wafat.”
Faktanya
: “Lahir dan wafatnya seseorang yang kebetulan jatuh pada hari yang sama tidak
mengurangi keutamaan hari lahirnya. Coba lihat dalam Sunan an-Nasai yg
berbunyi :
قال
رسول الله صلى الله عليه وسلم : إن من أفضل أيامكم يوم
الجمعة فيه خلق آدم عليه السلام ، وفيه قبض"
“Rasulullah
SAW bersabda : “Hari Jum’at adalah hari terbaik kalian semua, karena pada hari
itu Nabi Adam AS diciptakan dan diwafatkan”
Adakah
hari jum’at menjadi berkurang kemuliannya karena bertepatan pula dengan
wafatnya Nabi adam???
=to
be continued=
baru paham saya... terimakasih
BalasHapus