Khouf berarti takut/ketakutan yang berasal dari kata Khoofa_Yakhoofu. Adalah keyakinan dalam hati seseorang akan keagungan, kekuatan dan keperkasaan Allah SWT, disertai rasa takut akan dahsyat dan pedihnya siksaan-Nya. Rasa khouf akan menumbuhkan ketakutan dalam diri seseorang untuk melakukan larangan-larangan Allah SWT.
Sedangkan Roja’ adalah husnudzon/prasangka
baik kepada Allah yang didasari pengetahuan bahwa Allah SWT itu Maha Penyayang
dan Maha Lembut. Roja’ akan menumbuhkan semangat dalam beribadah kepada Allah, maka
roja’ laksana penuntun kebaikan dan ketaatan kepada Allah SWT.
Dengan demikian bisa dipahami bahwa khouf dan
roja’ tidaklah dapat terpisahkan, karena keduanya adalah sama-sama obat yang
manjur untuk hati seseorang yang berpenyakit, yaitu penyakit putus asa dari
kasih sayang Allah dan rasa aman dari siksa Allah. Rasa aman dari siksa Allah
adalah persaan dalam hati seseorang bahwa Allah tidak akan menyiksa atas
dosa-dosa yang telah diperbuatnya.
Ayat tentang jeleknya putus asa dari rahmat
Allah adalah surat Yusuf, ayat 78 :
إِنَّهُ لاَ يَايْئَسُ
مِنْ رَوْحِ اللهِ إِلاَّ اْلقَوْمُ اْلكَافِرُوْنَ .
“Sesungguhnya
tidaklah berputus asa dari rahmat Allah kecuali kaum yang kafir”
Sedangkan ayat yang menerangkan jeleknya rasa
aman dari siksa Allah adalah surat Al-A’raf, ayat 99 :
فَلَا يَأْمَنُ
مَكْرَ اللهِ إِلاَّ اْلقَوْمُ اْلخَاسِرُوْنَ .
“Tidaklah
merasa aman dari rekayasa Allah kecuali kaum yang merugi”
Dan dalam sebuah Hadits Qudsi Allah
berfirman : “Demi Kekuatan dan Keagungan-Ku, tidaklah mungkin dalam diri hamba-Ku
terkumpul dua khouf dan dua rasa aman sekaligus. Karena ketika hamba-Ku takut
kepada-Ku di dunia, maka aku akan membuatnya aman di akhirat, begitu pula
sebaliknya Ketika hamba-Ku merasa aman dari siksaku waktu di dunia, maka Aku
akan menakutinya di akhirat kelak”
Para ‘Ulama berkata : yang terbaik
adalah bagi orang yang sudah bisa istiqomah adalah menyelaraskan antara khouf
dan raja’. Sehingga keduanya bisa imbang, sama kadarnya dalam dirinya yang
bagaikan dua sayap burung. Adapun bagi orang-orang yang masih belum bisa istiqomah
dalam beribadah atau orang-orang yang masih sering melakukan maksiat maka
sebaiknya rasa khoufnya yang harus ditonjolkan, sehingga mampu membawanya bisa
istiqomah dalam beribadah, kecuali bagi orang yang akan mati maka rasa roja’
lah yang seharusnya dikedepankan supaya Ketika dia mati bisa mati dengan
perasaan berbaik sangka kepada Allah. Dalam sebuah hadits :
لا
يموت أحدكم إلا وهو يحسن الظن بالله تعالى
“janganlah
mati salah seorang dari kalian kecuali dalam keadaan berhusnudzon kepada Allah
SWT”
Dan Shohabat Ibnu ‘Abbas RA pernah
berkata :
إذا
رأيتم بالرجل الموت فبشروه ليلقى ربه وهو حسن الظن به ، وإذا كان حيا فخوفوه
“Jika kalian melihat seseorang yang akan mati maka gembirakanlah
ia (tentang kasih sayang dan ampunan Allah) supaya Ketika ia mati dalam kondisi
berhusnudzon kepada Allah. Tapi jika engkau lihat seseorang itu hidup maka takut-takutilah
ia (dengan siksa dan adzab Allah bila melanggar larangan-Nya).
0 komentar:
Posting Komentar