Salah satu rukun iman yang enam adalah iman dengan qodho’ dan qodarnya Allah, ketentuan dari Allah yg berupa kebaikan dan keburukan harus kita terima dengan lapang dada dan penuh kerelaan. Begitulah hakikatnya.
Namun dalam
menjalani hidup ini terkadang seseorang yang melakukan kejelekan/kemaksiatan Ketika
ditanya kenapa ia melakukannya? Dia menjawab : “bahwa semua itu sudah
digariskan/ditaqdirkan Allah SWT. bagaimana aku bisa menghindar?” benarkan pernyataan
tersebut? Mari kita kaji lebih dalam lagi.
Manusia hidup
di dunia ini dibekali akal, yang mana dengan akal tersebut diberi kemampuan
untuk membedakan kebaikan dan keburukan. Tidak hanya akal namun Allah dengan
kasih sayang-Nya juga mengutus Nabi untuk mengajarkan aturan-aturan yang
dikehendaki Allah. Aturan-aturan itu yang disebut dengan syari’at. sehingga kebaikan
dan keburukan adalah apa yang dipandang syari’at. Sementara akal membantu
manusia untuk menjalankan syari’at dengan lebih baik.
Berbeda dengan
kaum mu’tazilah yang menganggap kebaikan dan keburukan hanya berdasar pandangan
akal, kita kaum ahlussunah wal jama’ah mengedepankan syari’at. apa yang dipandang
syari’at baik maka itu baik, juga sebaliknya.
Kembali ke pertanyaan
diatas bahwa harus diyakini kebaikan dan keburukan hakikatnya datangnya dari
Allah. Namun dalam perilaku kita membutuhkan adab kepada Allah. Hal yang buruk
tidaklah selayaknya disandarkan kepada Allah yang Maha Suci dan Indah. Maka sering
kita dengar mubalig di akhir ceramahnya mengatakan “ bila kalian menemukan
kebenaran dalam ucapanku maka itu semata-mata dari Allah, namun bila menemukan kesalahan
maka itu karena kebodohanku”.
Harus kita
pahami juga bahwa Allah adalah Penguasa Mutlak. Maka tidak ada yg perlu
dipertanggungjawabkan atas semua yang dikehendaki Allah, karena label dzolim
hanya disematkan kepada makhluq, karena dia akan dimintai pertanggungjawaban. Kalau
Allah, siapa yang akan meminta pertanggungjawaban kepada_Nya?.
Dalam sebuah
kisah dikisahkan bahwa Iblis menemui Imam Syafi’I r.a dan bertanya : “Ya Imam,
apa pendapatmu tentang Allah yang telah menciptakanku sesuai kehendak-Nya, dan
membuatku berbuat sesuai kehendak-Nya, lalu setelah itu dengan kehendak-Nya
pula memasukkanku ke neraka. Apakah hal tersebut adil menurutmu?.”
Imam Syafi’ipun
menjawab : “ Hai Iblis, Justru jika Allah menciptakanmu sesuai yg kau inginkan (bukan
yg Allah inginkan) maka Allah malah Dzolim kepadamu, dan jika Allah membuatmu melakukan apa yang Dia
kehendaki, maka Allah tidak bisa dimintai pertanggung jawaban, justru kita
makhluknya yang dimintai pertanggungjawaban.
Lalu Iblis
berkata : demi Allah Ya Syafi’I, dengan pertanyaanku ini sungguh aku telah
menyesatkan 70 ribu ahli ibadah.
0 komentar:
Posting Komentar