Umat Islam seluruh dunia amaliyahnya
mayoritas sama denga apa yang diamalkan oleh jam’iyyah NU selama ini. Dan harus
dipahami bahwa NU berdiri bukan untuk mengotak-ngotakkan umat Islam, karena kalau
kita cermati sejarah berdirinya NU maka kita paham bahwa didirikannya NU bukan
atas dasar dorongan politik atau dorongan membuat negara tetapi murni demi
mempertahankan faham ahlussunah wal jama’ah (Aswaja) di Indonesia. Dan mempertahankan
faham Ahlussunah wal Jama’ah hakikatnya mempertahankan Islam itu sendiri. Sabda Nabi :
اِفْتَرَقَتِ اليَهُوْدُ عَلَى إِحْدَى أَوِ اثْنَتَيْنِ وَسَبْعِيْنَ
فِرْقَةً ، وَافْتَرَقَتْ النَّصَارَى عَلَى إِحْدَى أَوِ اثْنَتَيْنِ وَسَبْعِيْنَ
فِرْقَةً ، وَسَتَفْتَرِقُ أُمَّتِي عَلَى ثَلاَثٍ وَسَبْعِيْنَ فِرْقَةً، النَّاجِيَةُ
مِنْهَا وَاحِدَةٌ وَالبَاقُوْنَ هَلْكَى . قِيْلَ: وَمَنْ النَّاجِيَةُ؟ قَالَ: أَهْلُ
السُّنَّةِ وَاْلجَمَاعَةِ . قِيْلَ: وَمَا السُّنَّةُ وَالْجَمَاعَةُ ؟ قَالَ: مَا
أنَا عَلَيْهِ اليَوْمَ وَ أَصْحَابُهُ
“orang-orang
Yahudi bergolong-golong terpecah menjadi 71 atau 72 golongan, orang
Nasrani bergolong-golong menjadi 71 atau 72 golongan, dan umatku (kaum
muslimin) akan bergolong-golong menjadi 73 golongan. Yang selamat dari
padanya satu golongan dan yang lain celaka. Ditanyakan ’Siapakah
yang selamat itu?’ Rasulullah SAW menjawab, ‘Ahlusunnah
wal Jama’ah’. Dan kemudian ditanyakan lagi, ‘apakah assunah wal
jama’ah itu?’ Beliau menjawab, ‘Apa yang aku berada di
atasnya, hari ini, dan beserta para sahabatku (diajarkan oleh Rasulullah
SAW dan diamalkan beserta para sahabat (HR. Tabarani)
Jangan sampai
tertipu, karena semua mengaku sebagai golongan yg satu ini, maka lihatlah ummat
dari masa ke masa dan lihatlah mayoritas umat saat ini di dunia, sebagaimana
sabda nabi :
عَنِ
ابْنِ عَبَّاسٍ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ سَتَفْتَرِقُ
أُمَّتِي عَلَى ثَلاَثٍ وَسَبْعِيْنَ فِرْقَةً كُلُّهُنَّ إِلَى النَّارِ مَا خَلاَ
وَاحِدَة ناجية وَكُلُّهُمْ يَدَّعِي تِلْكَ الوَاحِدَةَ
“ Dari Sahabat Ibnu Abbas ra dari Rasulillah
SAW bersabda : umatku akan terpecah menjadi 73 golongan, semua di neraka
kecuali hanya satu yang selamat. Dan semua golongan tsb mengaku sebagai
golongan yg selamat.”
Aswaja merupakan golongan mayoritas
umat Islam di dunia, dalam hal aqidah aswaja mengikuti Imam Abu Hasan
Al-Asy’ari dan Imam Abu Manshur Al-Maturidi. Sementara golongan minoritas adalah seperti pengikut Ibnu Taimiyah dan
Muhammad bin Abdul wahhab yang sering disebut wahabi/salafi, ada juga golongan
syi’ah, mu’tazilah, qodariyah, jabariyah, mujassimah dll.
Dalam bidang fiqh, Aswaja menganut
pendapat dari salah satu madzhab empat yaitu Imam Hanafi, Imam Malik, Imam
Syafi’i dan Imam Hanbali. Kalau tidak bermazhab, itu berarti jelas bukan
Ahlussunnah wa Jama’ah. Dan dalam bidang tasawuf/akhlak, Aswaja menganut Imam
Junaid al-Baghdadi dan Abu Hamid Al-Ghazali. Aswaja itu tawassuth (moderat),
tawazun (seimbang), I’tidal (tegak lurus) dan tasamuh (toleran). Aswaja itu
tidak menyalahkan orang lain, tidak mengkafirkn orang lain.
Maka kalau ada ide tentang persatuan umat
islam baik di Indonesia ataupun di dunia, maka logikanya umat yang sedikit
dengan amaliyah yg berbeda dengan kebanyakan umat islam di dunia harusnya
membuang ego mereka dan fanatisme golongan untuk mengikuti umat yang besar, bukan
sebaliknya kan?. Ada beberapa contoh kecil seperti bacaan salam ketika sholat,
kita lihat dibelahan dunia manapun yang terbanyak menggunakan salam cukup “assalamu’alaikum
warahmatullah”, tanpa ditambahi lafadz “wabarokatuh”, karena secara
dalil dari hadits, hampir semua hadits mutawatir menyebutkan tanpa lafadz “wabarokatuh”,
kecuali hanya satu hadits dan itu bukan mutawatir. Kenapa dalil yang satu itu
tidak kita tinggalkan demi kepentingan yang lebih besar yaitu persatuan ummat
Islam. Contoh lain sholat tarawih 20 raka’at, diseluruh dunia mayoritas
mengamalkannya, maka yang melaksanakan 8 raka’at seharusnya lah mengikuti umat
mayoritas. Apakah kita lupa Ayat Al Qur’an :
وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ
جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا وَاذْكُرُوا نِعْمَتَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ
كُنْتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهِ
إِخْوَانًا وَكُنْتُمْ عَلَى شَفَا حُفْرَةٍ مِنَ النَّارِ فَأَنْقَذَكُمْ مِنْهَا
كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمْ آيَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ
“Dan berpeganglah kamu
semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan
ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan,
maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah,
orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu
Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan
ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.”
Dan Hadits Nabi :
إِنَّ أُمَّتِي لَنْ تَجْتَمِعَ عَلَى ضَلاَلَةٍ ، فَإِذَا رَأَيْتُمْ
اخْتِلاَفًا فَعَلَيْكُمْ بِالسَّوَادِ اْلأَعْظَمِ فَإِنَّهُ مَنْ شَذَّ شَذَّ إِلَى النَّارِ
“Sesungguhnya ummatku tidak
akan bersatu dalam kesesatan. Maka jika kalian melihat perselisihan,
berpeganglah pada As-Sawad Al-A’dzam. Barangsiapa yang menyelisihinya
akan terasing di neraka”
-= Wallahu A’lam Bisshowab=-